Micro Continent Found in Underwater Ancient India
Oleh Charles Q. Choi, Kontributor OurAmazingPlanet | LiveScience.com
Sisa-sisa
benua mikro, yang disebut ilmuwan sebagai Mauritia, kemungkinan
bersembunyi di bawah sejumlah besar lava kuno di bawah Samudera Hindia,
demikian hasil analisis baru di pulau berpasir di area tersebut.
Temuan
ini mengisyaratkan bahwa gejala seperti benua mikro tersebut terjadi
lebih sering daripada yang diperkirakan sebelumnya, kata para ilmuwan
yang melakukan penelitian; rincian mengenai penelitiannya dimuat secara
online pada 24 Februari di jurnal “Nature Geosience”.
Para
peneliti menganalisis pasir dari pulau Mauritius di bagian barat
Samudera Hindia. Mauritius adalah bagian rantai gunung berapi yang,
anehnya, berada jauh dari tepi lempeng tektoniknya. Sebaliknya,
kebanyakan gunung berapi ditemukan di lempengan tektonik yang membentuk
permukaan bumi.
Para peneliti berpendapat bahwa rantai vulkanik
yang berada di tengah lempeng tektonik, seperti kepulauan Hawaii,
disebabkan oleh pilar raksasa batuan cair panas yang dikenal sebagai
lapisan magma (mantle plume). Lapisan tersebut naik dari dekat inti
bumi, menembus material atasnya seperti obor las.
Lapisan magma
ternyata dapat memicu terpisahnya sebuah benua, melunakkan lempeng
tektonik dari bawah hingga lapisannya patah. Sebuah magma saat ini
berada di dekat Mauritius dan pulau-pulau lainnya, dan para peneliti
ingin melihat apakah mereka bisa menemukan fragmen kuno benua dari
patahan yang ada.
Menggali di dalam pasir
Pasir
pantai Mauritius adalah sisa-sisa erosi batuan vulkanik yang diciptakan
oleh letusan 9 juta tahun lalu. Mengumpulkan pasir tersebut “sebenarnya
cukup menyenangkan’” kata peneliti Ebbe Hartz, seorang ahli geologi di
University of Oslo di Norwegia. Dia menggambarkan berjalan keluar dari
sebuah pantai tropis, “mungkin dengan Coca Cola dan sekotak es batu, dan
Anda menggali di bawah air ke dalam bukit pasir saat air surut.”
Dalam
pasir ini, para peneliti menemukan sekitar 20 bulir zircon kuno
(sejenis mineral) berusia antara 660 juta dan 1.970 juta tahun. Untuk
mempelajari lebih lanjut mengenai sumber zircon kuno tersebut, para
ilmuwan menyelidiki peta satelit dari medan magnet bumi. Kekuatan medan
lapangan tergantung dari massa bumi, dan karena massa planet tidak
merata, gravitasi di lahan tersebut lebih kuat di beberapa tempat di
permukaan planet dan lemah di daerah lainnya.
Penemuan Mauritus
yang dilakukan oleh para peneliti merupakan bagian blok berdekatan dari
kerak tebal abnormal yang memanjang di busur utara ke kepulauan
Seychelles. Temuan menunjukkan Mauritius dan wilayah yang berdekatan
menimpa benua mikro kuno yang mereka sebut Mauritia. Zircon kuno yang
mereka gali merupakan pecahan Mauritia yang hilang.
Para peneliti
berusaha cermat untuk menyingkirkan setiap kesempatan bagi bulir-bulir
zircon kuno terkontaminasi dari tempat lain.
Zircon merupakan
mineral berat, dan unsur-unsur uranium dan timah yang digunakan untuk
menentukan usia zircon tersebut luar biasa berat, sehingga bulir-bulir
tersebut tidak mudah terbang ke mana pun — mereka tidak berhembus ke
Mauritius dari badai pasir di Afrika.” Kata Hartz kepada
OurAmazingPlanet.
Kami juga memilih pantai yang tidak terdapat
konstruksi apa pun — agar zircon tidak datang dari semen di tempat
lain,” tambah Hartz. “Kami juga berhati-hati bahwa semua peralatan yang
kami gunakan untuk mengumpulkan mineral adalah alat-alat baru, ini
adalah pertama kalinya peralatan tersebut digunakan, dan tidak ada batu
yang menempel dari tempat lain sebelumnya.
Mengupas potongan benua
Setelah
menganalisa zona patahan laut dan anomali magnetik samudera, para
peneliti berpendapat bahwa Maurita terpisah dari Madagaskar, terpecah
dan tersebar seiring meluasnya basin Laut India antara 61 juta hingga
83,5 juta tahun yang lalu. Sejak itu, aktivitas gunung berapi telah
mengubur Mauritia di bawah lava, dan mungkin telah melakukan hal yang
sama terhadap fragmen benua lainnya.
“Semua irisan kecil benua
itu kemungkinan terkelupas dari benua (utama) ketika titik panas dari
lapisan magma melintas di bawahnya,” kata Hartz. “Mengapa hal tersebut
terjadi masih membingungkan. Mengapa, setelah sesuatu pecah terpisah,
benda tersebut akan terkoyak lagi?”
Penemuan bukti masa lalu
tentang benua yang hilang biasanya melibatkan penghancuran dan
penyortiran batuan vulkanik, Hartz menjelaskan. Pada dasarnya para
peneliti membiarkan alam melakukan pekerjaan penumbukan untuk mereka
dengan melihat pasir yang ada.
“Kami menyarankan kepada para ilmuwan untuk mencoba teknik ini pada gunung berapi favoritnya,” tutup Hartz.
No comments:
Post a Comment